Sains

NASA Astronaut Terperangkap Ganti Boeing dengan Pakaian Luar Angkasa SpaceX

Dalam konferensi pers terakhir bulan lalu, NASA mengumumkan bahwa misi Boeing Starliner harus kembali ke Bumi tanpa awak akibat masalah teknis. Starliner yang diluncurkan pada 5 Juni dan membawa astronot Butch Wilmore dan Suni Williams, awalnya dirancang untuk kembali dalam waktu sekitar satu minggu. Namun, sekarang Wilmore dan Williams akan tetap berada di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) hingga setidaknya Februari 2025, di mana mereka direncanakan akan kembali menggunakan pesawat SpaceX Crew Dragon.

Mengapa Astronot Starliner Meninggalkan Pakaian Luar Angkasa Boeing?

Pakaian luar angkasa yang dikenakan Wilmore dan Williams harus ditinggalkan di Starliner. Alasan utama di balik keputusan ini adalah ketidakcocokan antara pakaian luar angkasa Boeing dan pesawat SpaceX. Setiap desain pakaian luar angkasa dikhususkan untuk sistem pesawat masing-masing, dan perbedaan signifikan antara Boeing CST-100 Starliner dan SpaceX Dragon menjadi faktor kunci. Boeing CST-100 Starliner mendarat di tanah menggunakan tiga parasut dan kantong udara, sementara SpaceX Dragon mendarat di laut dengan empat parasut utama menggunakan dua parasut drogue untuk memperlambat laju penurunannya.

Sebagai contoh, ukuran dari kedua pesawat luar angkasa ini juga berbeda jauh. Starliner memiliki diameter 15 kaki dan panjang 16,5 kaki, sementara Dragon mencapai panjang 26,7 kaki dan lebar 13 kaki. Menurut pernyataan NASA kepada USA Today, "pakaian untuk penyedia yang berbeda tidak dirancang untuk saling cocok di luar pesawat mereka sendiri, karena setiap desain pakaian harus cocok dengan sistem masing-masing."

Steve Stich, manajer program NASA untuk Program Kru Komersial, menekankan pentingnya memiliki dua sistem yang berbeda, karena hal ini krusial sebagai antisipasi jika terjadi kegagalan, seperti yang terjadi pada Starliner.

Di Mana Wilmore dan Williams Mendapatkan Pakaian SpaceX?

Secara teori, Wilmore dan Williams bisa kembali ke Bumi tanpa menggunakan pakaian luar angkasa. Namun, hal ini akan membahayakan nyawa mereka, karena NASA tidak akan dapat mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjaga keselamatan mereka. Selain itu, kehilangan tekanan di kabin dan perubahan suhu bisa berakibat pada cedera serius yang mengancam jiwa.

Untungnya, Wilmore dan Williams akan mendapatkan pakaian luar angkasa yang kompatibel. Saat ini ada satu pakaian kompatibel yang sudah berada di orbit. Williams telah mencobanya, dan sesuai dengan tubuhnya. Sedangkan untuk Wilmore, pakaian yang sesuai dengan ukuran tubuhnya akan dikirim ke Stasiun Luar Angkasa Internasional.

Rencananya, SpaceX Crew-9 direncanakan meluncur paling lambat 24 September. Alih-alih meluncur dengan empat astronot yang telah direncanakan, misi ini hanya akan membawa dua astronot, sehingga ada ruang bagi Williams dan Wilmore. "Ketika kami menyusun kontrak, kami memperbolehkan setiap kontraktor untuk menemukan pakaian dan antarmuka mereka sendiri, dan kemudian kami mengirimkan pakaian untuk Butch yang akan terbang bersama Crew-9," jelas Stich.

Perubahan yang cukup dramatis ini memberikan gambaran tentang tantangan yang dihadapi dalam misi luar angkasa modern. Dengan inovasi yang terus berjalan, kolaborasi antara NASA dan perusahaan swasta seperti SpaceX menjadi semakin penting untuk memastikan keselamatan serta keberhasilan misi di masa depan.

Implikasi dari Perpindahan Pakaian Luar Angkasa

Keputusan untuk mengganti pakaian luar angkasa ini mewakili langkah yang lebih besar dalam hubungan antara NASA dan perusahaan swasta. Dengan meningkatnya kepercayaan terhadap kemampuan SpaceX, pertukaran teknologi dan desain dapat terjadi yang memberi manfaat tidak hanya untuk misi ini, tetapi untuk eksplorasi luar angkasa secara keseluruhan.

Pindahnya astronot ke pakaian luar angkasa SpaceX juga menunjukkan kematangan teknologi yang diciptakan SpaceX. Suatu kombinasi antara inovasi dan praktik terbaik dalam ruang angkasa akan membawa kita pada era baru penjelajahan yang aman dan efisien. Walaupun ada tantangan yang harus dihadapi, langkah yang diambil oleh NASA dan SpaceX dapat menjadi preseden bagi kolaborasi di masa depan.

Sebagai pengguna media sosial, ini adalah waktu yang tepat untuk mengikuti perkembangan terbaru dalam eksplorasi luar angkasa. Perpindahan dari pakaian Boeing ke SpaceX tidak hanya menarik dari segi teknis, tetapi juga memberikan dampak mendalam pada cara kita melihat perjalanan manusia ke luar angkasa. Astronot, yang ditempatkan dalam posisi yang tidak terduga selama misi mereka, tetap menjadi pahlawan yang mengejar mimpi manusia untuk menjelajahi angkasa luar.

Ketidakberdayaan teknis Starliner tidak menjadi penghalang, tetapi sebaliknya, momen ini menunjukkan adaptasi serta ketekunan yang diharapkan dalam ilmu pengetahuan dan eksplorasi luar angkasa. Kita semua bisa berharap bahwa dengan teknologi dan inovasi yang terus berkembang, langkah-langkah ke depan akan semakin bermanfaat dan menginspirasi generasi mendatang.

Redaksi Ponta

PONTA adalah salah satu situs yang memiliki dedikasi tinggi dalam menyajikan berita dan informasi terbaru seputar teknologi di Indonesia. Dengan pengalamannya yang panjang dalam dunia blogging, PONTA memiliki kemampuan untuk memahami dan menyampaikan informasi teknologi dengan cara yang menarik dan mudah dimengerti oleh pembaca.
Back to top button